Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 650.000 jiwa, dengan 450.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Akan tetapi ada satu hal yang memegang peranan yang cukup penting dalam adat istiadat masyarakat suku Toraja yakni Kerbau.
Kerbau adalah binatang paling penting bagi orang Toraja, salah satu etnis yang berada di Pulau Sulawesi, Indonesia. Bagi etnis Toraja, kerbau adalah binatang yang paling penting dalam kehidupan sosial mereka. Kerbau atau dalam bahasa setempat tedong tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain sebagai hewan untuk memenuhi kebutuhan hidup sosial, ritual maupun kepercayaan tradisional, kerbau juga menjadi alat takaran status sosial, dan alat transaksi. Dari sisi sosial, kerbau merupakan harta yang bernilai tinggi bagi pemiliknya. Tidak mengherankan bila orang Toraja sangat dengan kerbau mereka. Hal ini dapat dilihat dari percakapan sehari-hari, pada saat hendak bertransaksi, mengadakan pesta, dalam menjalankan ibadah keagamaan.
Sehingga dengan adanya Kerbau sebagai perlambang Status Sosial masyarakat Toraja menjadikan nilai jual dari Kerbau ini cukup Fenomenal di Toraja, hal ini terlihat dalam upacara adat (orang meninggal) di Toraja, kerbau tersebut disembeli untuk mengantar mayat ke sorga. Biasanya, sekitar 10 hingga 100 kerbau disembelih dalam upacara adat tersebut.
1. Tedong Saleko (Kerbau belang), Merupakan jenis Kerbau yang memiliki nilai status sosial yang sangat tinggi hingga nilai jual dari Tedong Saleko ini bisa mencapai Rp. 300 Juta per ekor
2. Tedong bonga, menduduki peringkat kedua setelah Tedong Saleko, dan memiliki nilai jual yang hampir sama dengan Tedong Saleko.
2. Tedong bonga, menduduki peringkat kedua setelah Tedong Saleko, dan memiliki nilai jual yang hampir sama dengan Tedong Saleko.
3. Tedong pudu' umumnya berbadan kekar dan warna hitam. Kerbau jenis ini sangat kuat dalam bertarung. Pada acara adu kerbau pada pesta kematian, kerbau pudu umumnya tampil sebagai petarung yang kuat. harga jualnya sekitar Rp.30 juta sampai dengan Rp. 80 juta.
4. Tedong sokko, kerbau ini memiliki tanduk yang arahnya turun ke bawah dan hampir bertemu di bawah leher. Dengan warna tertentu nilainya menjadi sangat mahal.
5. Tedong lotong boko, kerbau ini memiliki ciri ciri warnanya kulitnya putih tetapi di pundaknya terdapat warna hitam.
6. Tedong bulan, Kerbau ini keseluruhan kulitnya berwarna putih, menurut legenda setempat jika seluruh tubuhnya berwarna putih (termasuk matanya) maka kerbau ini tidak akan bisa hidup biasanya akan langsung mati saat dilahirkan.