14 Mei 2011

Taman Gantung Babylonia (2-Tamat)

Taman Gantung Babylonia
Taman Gantung Babylonia
Menurut sejarawan Yunani Diodorus Siculus, lebar taman ini 400 kaki, panjangnya 400 kaki dan tingginya sekitar 80 kaki. Taman ini berdiri di atas ‘alas’ yang terbuat dari batu bata yang ditutup aspal dan keramik. Berfungsi untuk mencegah masuknya rembesan air ke tanah yang berkemungkinan besar akan mengkorosi fondasi taman.

Sejarawan lainnya, Herodotus mengungkapkan, bahwa taman ini terletak di dalam dinding istana yang berlapis emas yang panjangnya mencapai 56 mil. Jalan taman ini sangat lebar hingga memungkinkan bagi kereta yang ditarik empat ekor kuda untuk berputar balik.

Disini juga berdiri kuil-kuil pemujaan yang berisi patung dewa dari emas. Taman ini dibuat bertingkat, lebih tinggi dari bangunan lain di kota Babylon, menimbulkan ilusi ‘tergantung di udara’. Kesan ini makin jelas bila taman dilihat dari balik rumah-rumah penduduk. Semua tanaman akan terlihat menggantung di atas atap perumahan. Inilah sebabnya kenapa taman itu dinamakan taman bergantung.

Disebutkan juga, bahwa taman itu dibangun oleh Nebuchadnezzar untuk menghibur istrinya atau selirnya yang sangat gemar berada didaerah yang dikelilingi oleh pegunungan. Semenjak itulah taman bergantung, satu dari tujuh keajaiban dunia diperkirakan ada.


Salah satu yang paling menakjubkan dari taman bergantung Babylonia adalah sistem pengairannya. Para kontraktor taman ini berhasil mendisain suatu sistem pengairan yang memungkinkan air sungai Efrat untuk ‘memanjat’ taman setinggi seratus meter itu. Mereka menggunakan semacam pompa kincir raksasa. Dua buah kincir besar—satu diatas yang lain di bawah dihubungkan dengan sebuah rantai. Rantai inilah yang memutar kedua kincir tersebut untuk mengambil dan menuangkan air. Di sepanjang rantai itu diikatkan ember-ember besar yang mengambil air dari sungai eufrat, dan menuangkannya ke kolam penampungan di puncak taman. Sistem ini memungkinkan taman untuk menerima air terus menerus. Jadi, meskipun Babylonia merupakan wilayah yang jarang didatangi hujan, tamannya tetap menerima cukup pasokan air.

Keberadaan taman bergantung Babylonia telah memunculkan kontroversi di kalangan para arkeolog. Keberadaan taman ini diragukan mengingat tak ada bukti arkeologi yang mendukung keberadaannya di masa lalu. Manuskrip-manuskrip cuneiform Babylonia yang ditemukan pun tak ada yang membahasnya, padahal bangunan kuno lainnya, seperti ziggurat dan kuil Marduk diterangkan dengan jelas.


Bukti yang sering dikemukakan arkeolog yang meyakini keberadaan taman ini adalah kisah campuran tentang taman dan pohon palm di Mesopotamia, istana Nebuchadnezzar, the tower of Babel, dan ziggurat yang diceritakan oleh pasukan tentara Alexander yang Agung, ketika mereka kembali ke kampung halamannya.
Diceritakan, ketika pasukan Alexander tiba di dataran Mesopotamia dan melihat kota Babylon mereka sangat takjub pada sebuah taman tinggi yang dipenuhi pohon-pohon palem dan berbagai tanaman lain. Kisah mengenai taman itu mereka ceritakan kembali ketika tiba di kampung halaman.

Kisah-kisah itulah yang ditulis menjadi puisi oleh banyak penyair. Namun, sebagian arkeolog meragukan kisah ini. Sebab para prajurit itu menceritakan, taman, istana raja, dan ziggurat secara sekaligus, sehingga berkemungkinan besar para sastrawan menggabungkan semua bangunan ini dalam satu kisah, memberi kesan seolah-olah telah berdiri sebuah bangunan yang menakjubkan.

Para sejarahwan yang menceritakan taman itupun, seperti Berossus, Diodorus Siculus, Herodotus, dan Philon tidak ada yang menyaksikannya secara langsung. Penggalian para arkeolog di reruntuhan kota Babylon pun membuktikan, bahwa dinding istana kerajaan tidak sepanjang yang diungkapkan Herodotus. Kemungkinan besar taman yang dimaksudkan adalah sebuah taman kerajaan yang merupakan satu kesatuan dengan ziggurat dan istana.

Dalam literature Babylonia, tidak ditemukan adanya rekaman sejarah tentang taman bergantung, dan laporan yang sangat deskriptif berasal dari ahli sejarah bangsa Yunani. Dalam lembaran tanah liat yang berasal dari periode Nebuchadnezzar, deskripsi tentang istananya, kota Babylon dan dindingnya ditemukan, tetapi tidak ada satupun referensi yang ditemukan tentang taman bergantung.

Meski demikian, para arkeolog sampai sekarang tetap berusaha menemukan bukti arkeologis keberadaan taman ini. Jika memang pernah ada mengapa taman sebesar itu sampai musnah tak bersisa? Bencana semacam apa yang membuat bangunan ini rusak luar biasa?

Taman bergantung sebenarnya tidak sungguh-sungguh tergantung. Ada misinterpretasi soal kata ‘bergantung.’ Orang Yunani menyebut taman ini dengan ‘kremastos’ yang dilatinkan menjadi ‘pensilis’, dan dalam bahasa Inggris disebut ‘overhanging’, artinya berada di balkon atau di teras. Jadi yang dimaksud dengan taman bergantung adalah taman yang berada di dataran tinggi seperti balkon atau teras.

Sumber dari bangsa Yunani menyebutkan bahwa taman bergantung berbentuk quadrangular, setiap sisi panjangnya 4 plethora, terdiri dari arched vaults di pondasinya. Taman ini mempunyai tumbuhan yang ditanam diatas permukaan tanah, dan akar dari tanaman ini melekat di teras bagian atas, bukan didalam bumi. Seluruh massanya didukung oleh colom batuan. Air dipompa ke atas dan dibiarkan mengalir menuruni lereng, mengairi tumbuh-tumbuhan.

Robert Koldewey adalah arkeologis Jerman yang berhasil menemukan reruntuhan kota Babylon. Ia mulai menggali lokasi situs tahun 1899. Koldewey menggali selama 14 tahun dan berhasil menemukan dinding istana, menara Babel, dan fondasi istana Nebukadnezar. Penemuan lainnya yang mendukung adanya taman bergantung, termasuk kolong bangunan dengan dinding yang tebal dan irrigasi yang dekat dengan istana selatan.

Ahli sejarah Yunani, Strabo, mengatakan bahwa taman bergantung terletak di sungai Euphrates. Yang lainnya berpendapat bahwa lokasinya sangat jauh dari sungai Euphrates berdasarkan penemuan dari kolong bangunan yang terletak beberapa ratus yard dari sungai.

Tempat beradanya istana telah direkonstruksi dan diperkirakan taman bergantung terletak didaerah yang merentang dari sungai ke istana. Dinding yang massif, tebal 25 kaki, baru-baru ini ditemukan di pinggir sungai, yang kemungkinan merupakan langkah untuk membentuk teras yang dideskripsikan dalam referensi yunani. Menurut manuskrip hanya ada dua bangunan di kota itu yang terbuat dari batu, yakni dinding utara istana, dan taman bergantung. Koldewey berhasil menemukan 14 ruangan dari batu. Diperkirakan diantaranya merupakan bagian dari taman bergantung.

Koldewey juga menemukan lubang aneh di lantai, kemungkinan besar di tempat itulah dulu berdiri pompa kincir raksasa taman bergantung. Lokasi reruntuhan yang ditemukan Koldewey berada jauh dari sungai Eufrat. Jadi arkeolog lain masih meragukan kalau reruntuhan itu berasal dari taman bergantung. Sebab menurut sejarahnya taman itu terletak dekat sungai Eufrat. Pada tahun 538 BC, pemimpin terakhir Babylonia menyerah kepada Cyrus Agung dari Persia. Dan ini adalah pertanda berakhirnya dinasti Chaldean dan Babylonia.

http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=44968
Share on :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
© Copyright BANGDEX NEWS 2012 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.