14 Mei 2011

Taman Gantung Babylonia (1)

Taman Gantung Babylonia
Seperti apa taman bergantung Babylonia? Bayangkan sebuah dataran tinggi bertingkat-tingkat setinggi seratus meter, yang masing-masing tingkat ditumbuhi ratusan pohon palam, anggur, sycamore, zaitun, apel, akasia, almond, peach, dan lili air. Ketika angin bertiup, wangi anggur, zaitun dan peach menelusup ke penciuman, menerbitkan selera. Manis rasa buah dibawa angin sampai ke lidah. Seperti yang dilukiskan puisi tradisional Babylonia :

”Seseorang bisa minum sari buah di taman ini, hanya dengan membaui aroma pohonnya saja.”

Ketika angin berhembus, daun-daun palem berguguran dibawa angin mengambang ke kolam-kolam lili air, dan ke kota Babylon di bawahnya. Seluruh wilayah kota terbesar pertama di masa kuno ini (penduduknya diperkirakan 200.000 jiwa) terlihat sangat jelas dari puncak taman.

Meski berada di dataran tinggi, namun seluruh tanaman disirami air setiap hari. Sistem pengairan taman ini sangat menakjubkan (lihat Rahasia Air yang Memanjat). Tak salah kiranya jika Philon, filsuf Yunani yang gemar berkelana mencatatnya sebagai satu dari tujuh keajaiban kuno dunia. Taman ini sangat memikat hati. Babylon yang merupakan ibukota dari Babylonia, imperium kuno Mesopotamia, yaitu sebuah kota yang terletak di dekat sungai Euphrates, yang sekarang dikenal sebagai Irak selatan.

Berdasarkan sejarah, dinasti pertama dari Babylon didirikan oleh Hammurabi pada masa Neo-Babylonian setelah kehancuran imperium Assyrian. Babylon menjadi salah satu kota terpenting pada zaman Timur Tengah kuno ketika Hammurabi (1792-1750 BC), menjadikannya ibukota kerajaan Babylonia.

Literature bangsa Babylonia dibangun dengan sangat bagus dan rekaman cuneiform yang berhasil ditemukan menunjukkan, agama, sejarah, dan ilmu pengetahuan saat itu sangat berkembang. Obat-obatan, kimia, alchemy, botany, matematika, dan astronomi juga dipraktekkan. Agama dan tulisan kuno yang berbentuk cuneiform ini berasal dari kebudayaan Sumer yang lebih tua. Mereka juga mengembangkan bentuk abstrak dari tulisan berdasarkan symbol cuneiform (berbentuk baji). Tulisan ini ditulis di tanah lempung yang basah dan dibakar dibawah terik matahari.

“Dongeng tentang penciptaan” bangsa babylonia ditulis dalam tujuh lembaran tanah liat dan ditampilkan serta dibacakan pada festival tahun baru di Babylon. Lembaran-lembaran ini mengisahkan tentang kesuksesan Tuhan Kota Babylon, Marduk, dan bagaimana Marduk bisa menjadi Tuhan tertinggi, Raja semua Tuhan yang ada di surga dan bumi.

Bangsa Babylonia mempunyai system angka yang lebih maju dari yang kita miliki sekarang, dengan system posisi dengan dasarnya 60. Mereka juga membuat tabel untuk membantu dalam proses perhitungan. Mereka membagi hari sama seperti yang sekarang kita lakukan, 24 jam dengan 60 menit, untuk setiap jam dan setiap menit 60.

Adat kebiasaan bangsa Babylonia ini ikut mempengaruhi bangsa Assyria dan turut memberikan kontribusi terhadap sejarah Timur Tengah dan Eropa Barat dikemudian hari. Babylonia mengalami kemerosotan dan jatuh kedalam anarki sekitar 1180 BC, tetapi kemudian tumbuh berkembang kembali sebagai Negara bagian dari imperium Assyria setelah abad ke 9 BC.

Babylon akhirnya dihancurkan pada 689 BC, oleh bangsa Assyria dibawah kepemimpinan SennaCherib, tetapi kembali dibangun lagi. Nabopolassar mendirikan apa yang sekarang dikenal sebagai Chaldean atau Imperium baru Babylonia pada 625 BC, dan akhirnya mencapai masa keemasannya dibawah pemerintahan anaknya Nebuchadnezzar (604-562 BC).Kejayaan serta kemegahan Babylon menjadi terkenal dan melegenda sejak naik tahtanya Nebuchadnezzar, yang dipercayai sebagai pendiri Taman Bergantung Babylonia.
 
 
Layaknya Taj Mahal di India, yang dibangun oleh Shah Jahan untuk permaisuri terkasihnya Mumtaz Mahal, taman bergantung Babylonia pun merupakan sebuah persembahan cinta.

Taman ini dibangun Nebukadnezar II yang memerintah dari tahun 605-562 SM, diperuntukkan bagi Amytis, permaisuri tercintanya yang berasal dari kerajaan Media. Kerajaan Media berlokasi di pegunungan Persia (Iran). Amytis besar diantara hijaunya pegunungan, serta sejuknya semilir angin. Kondisi kerajaannya berbanding terbalik dengan Babylonia. Babylonia merupakan wilayah datar, kering, dan panas. Hal ini membuat Amytis selalu terkenang akan hijaunya hutan Media. Ia rindu kembali ke kampung halamannya.
Untuk mengobati kerinduan istrinya Raja Nebukadnezar memerintahkan, untuk membangun sebuah taman rindang di dataran tinggi. Taman itu dibangun di timur sungai Eufrat (Euphrates), sekitar 50 km selatan Baghdad, Iraq.
Share on :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
© Copyright BANGDEX NEWS 2012 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.