Sperm Bank |
Seperti janji saya sebelumnya bahwa kisah perjuangan pasangan Sperma dan Ovum ini akan saya tuntaskan walau sebenarnya setelah mereka bersatu maka masih panjang cerita perjuangan mereka hingga lahir ke dunia bayi imut bernama MANUSIA.
Kali ini tentang penantian panjang sang putri ovum. Satu sel telur ternyata tidak semudah itu dilepaskan setiap bulannya karena sewaktu dalam kandungan dan ditentukan jenis kelamin dari setiap janin maka bagi janin wanita juga akan diproduksi cikal bakal sel telur ini. Awal pembentukan sel primordial germ atau sel cikal bakal sel telur ini terjadi saat janin berumur 8 minggu di dalam kandungan dan ada ENAM juta sel terbentuk. Setelah melewati proses panjang maka hanya SEJUTA saja yang tersisa hingga janin wanita lahir ke dunia. Kemana sisanya yang LIMA juta cikal bakal sel telur? Mereka mengami Apoptosis yaitu kematian alias bunuh diri yang sudah terprogram. Kenapa harus mati padahal lebih banyak yang hidupnya bukannya lebih baik, begitu pikir saya saat awal mengetahui itu. Ternyata proses kematian ini rencana terbaik yang sudah Tuhan atur supaya wanita tidak menstruasi setiap hari dan dan kekurangan darah hingga akhirnya mati. Gampangnya, dengan mereka mengalami apotosis saja kita wanita sudah menstruasi setiap bulan apalagi jika tidak ada proses bunuh diri itu. Sel inilah yang dikenal sebagai Oosit Primer. Satu juta sel disimpan dalam ruang penyimpanan terbaik wanita bernama ovarium dimana ada dua ovarium telah diciptakan.
Ah…kenapa pula harus ada dua ovarium jika satu ovarium saja sudah cukup? Tuhan sudah merancang segalanya teramat sempurna bagi manusia yang mempelajari dan mengambil pengetahuan di dalamnya. Kecelakaan dapat membuat ovarium rusak dan wanita gagal memperoleh keturunan belum lagi penyakit infeksi yang dapat menjalar hingga ovarium. Oleh karenanya sudah diberikan cadangan ovarium adar setiap wanita dapat melanjutkan keturunannya.
Dari sejuta oosit itu ternyata yang bertahan sampai masa pubertas hanya 300 RIBU saja dan dikeluarkan satu setiap bulannya dalam bentuk menstruasi. Terjadinya menarche atau mens pertama ini berbeda-beda antar gadis. Dulu mungkin saat menginjak SMP baru mens pertama kali namun boleh jadi anak kelas 4 SD sudah mengalaminya karena kemajuan nutrisi. Kita ambil saja contoh ekstrem pada usia 10 tahun mengalami menarche dan teratur setiap bulannya. Katakanlah berumur panjang dan mengalami menopause pada usia 55 tahun. Berarti ada 45 tahun teratur mens sehingga akan ada 45 x 12 bulan=540 mens. Perhitungan tersebut di luar terjadinya hamil sehingga jelas sel telur tidak dikeluarkan selama 9 bulan. Jadi satu juta oosit primer yang disediakan saat bayi perempuan lahir nantinya yang dipersiapkan menjadi sel telur yang siap membuahi hanya beberapa ratus saja. Hebatnya, walaupun wanita memiliki dua ovarium tetap saja hanya satu sel telur yang dikeluarkan oleh salah satu ovarium setiap bulannya. Maka tidak heran bila wanita hanya bertahan dengan satu ovarium pun dapat hamil. Namun bila dua ovarium melepaskan sel telur bersamaan maka boleh jadi terjadi kehamilan kembar.
Proses pengeluaran sel telur alias putri ovum ini ternyata membutuhkan mekanisme hormonal yang ruwet bahkan saking ruwetnya tidak jarang seluruh sel tubuh termasuk psikis wanita pun berubah saat menstruasi.
Nah berikut beberapa mekanisme yang dapat terjadi pada organ reproduksi wanita terkait dengan siklus menstruasi wanita.
*Tidak mens sama sekali padahal sudah berusia lebih dari 13 tahun (amenore).
*Mens terlalu banyak dan waktunya panjang (menometoragi).
*Siklus mens terlalu singkat dan tidak teratur
*Mens dengan nyeri perut teramat sangat (dismenore).
*Mens terlalu banyak dan waktunya panjang (menometoragi).
*Siklus mens terlalu singkat dan tidak teratur
*Mens dengan nyeri perut teramat sangat (dismenore).
Tidak semua hal di atas langsung dikatakan tidak normal karena terkadang siklus menstruasi yang tidak “normal” berhubungan dengan organ reproduksi lainnya seperti kandung telur (ovarium), saluran telur (tuba fallopi), rahim (uterus), mulut rahim (serviks), vagina dan beberapa mekanisme hormonal lainnya.
Lalu bagaimana kita tahu hal tersebut normal atau tidak bila kita belum tahu mens normalnya bukan. Setiap menstruasi normal dapat berlangsung pada tiap siklus 28 hari (plus minus 4 hari, artinya antara 24 hingga 32 hari sekali terjadi mens masih dianggap normal). Lamanya dapat berkisar 3-5 hari dengan jumlah darah 30-50 cc dan tentu saja warnanya merah segar. Saya tidak mengharuskan Anda para wanita menghitung berapa cc darah keluar tapi bila dianalogikan dengan jumlah pembalut maka tidak lebih dari tiga kali ganti pembalut (well…ini jg masih tergantung ukuran pembalutnya okey). Kenormalan tersebut tidak hanya dilihat dari bentuknya saja namun masih banyak faktor lainnya seperti psikis, hormonal dan nyeri juga.
Betapa ruwetnya mekanisme mens inilah yang membuat satu ovum yang keluar setiap bulannya menjadi putri yang hebat. Kapan pun sang putri dapat menjadi zigot jika ada pangeran sperma yang membuahinya. Menjaga putri hebat ini supaya bertemu pangeran sperma di waktu, kondisi, dan situasi yang terbaik serta halal penting untuk perkembangan zigot ke depannya. Bila mekanisme menjadi mens saja sudah sedemikian ruwetnya lalu bagaimana hebatnya mekanisme hamil hingga melahirkan itu sendiri. Saya akan menuliskannya di lain waktu saja supaya kita lebih menghargai setiap detik yang terlewati dalam 9 bulan 10 hari. Dan latihan tersebut sudah dimulai dari sejak menstruasi. Ambil saja contoh kita sudah 10 tahun mens teratur yang artinya 10×12 bulan=120 kali mens. Jika setiap siklus mens lima hari saja maka sudah ada 5×120=600 hari dalam 10 tahun dimana wanita dapat dispensasi khusus tidak menjalankan shalat (bagi yang muslim). Artinya ada 600×5 sholat=3.000 jam sholat gratis untuk kita? Dikemanakan saja yah waktu yang sudah lewat itu? Semoga amalan kebaikan selalu tercurah kepada wanita di saat mens datang.
Sampai ketemu di kisah hidup Pangeran Sperma dan Putri Ovum selanjutnya.
(Jika jemari saya sehat dan ada sinyal tentunya. Hehe)
sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2011/12/14/perjuangan-sang-putri-menunggu-pangeran-sperma/